ketika tak bisa bicara, maka tuliskanlah, jika tak mampu menuliskan, maka tersenyumlah, setidaknya mereka tidak akan tahu jika kamu sedang tidak baik baik saja..
Selamat
sore menjelang petang..
Air
hujan masih saja dengan mesranya menggelitik sang mayapada. Tanah tanah seakan
bahagia kembali bersentuhan dengan air air cantik itu. diantaranya, ada butiran
butiran harapan dari tiap perjuangan, seperti harapanku tuk bisa menggapainya.
Warna warnanya cantik, anggun nan mempesona. Ada irama didalamnya, membentuk
sebuah simfoni yang membangkitkan selera. Aku berenergi, bersemangat dibuatnya,
seperti saat menatapnya, aku tersenyum bahagia. Hujan dan dia~
Ada
cerita, tentang masa masa indah yang lalu, antara teman dan sahabat menjadi
sebuah ikatan nan erat. Bersama mereka, terdapat sebuah rasa kenyamanan yang
tak ada duanya, sama seperti matanya menatap lekat mataku. Ada cerita, ada
tawa, duka, lara dan bahagia, dengan mereka tersenyum bahagia, dan dengan
mereka menangis bersama, sama rasa, seperti rasaku dengannya, saat harus
menatapnya dalam diam dan jarak sekian, saat harus merekam tawanya dalam memori
fikiran. Ada bahagia dan lara bersamamu, walau faktanya aku tak benar benar
bersamamu. Kita dan dia~
Masih
menatap langit yang begitu mempesona, memancarkan seribu keindahan yang patut
untuk dibanggakan. Jagat raya yang menawan, kerap kali memberikan suatu
pencerahan. Bintang dan bulan nampak bersinar, sinarnya mungkin lebih indah
dari sinar matanya. Namun keduanya sama, membuat terpesona dan terpana
dibuatnya. Ada kenyamanan yang tak bisa digambarkan, dilukiskan bahkan
diucapkan. Bintang dan dirinya, aku menyukai keduanya. Bintang dan dia~
Aku
tak lebih dari sekedar mengetahui namamu, dan akupun tak lebih dari sekedar
sang penikmat langit. Cakrawala nan istimewa, buatku melayang dibuatnya, aura
hangatmu, sama membuatku begitu. Aku tak mengerti, langit begitu teduh, begitu
manis dan kalem untuk dinikmati, salahkah aku jika menggambarkan langit seperti
sosokmu? Yang teduh dan kalem dalam diammu. Walau memang langit kerap kali buat
kejutan nan fantastik, entah hujan beserta rombongan, entah taburan bintang
beserta rombongan, atau kelak langit akan berhenti manis dan bersandiwara. Aku
tak tau, aku hanya penikmatnya, penikmat parasmu dan aku bahagia dalam diam.
Langit dan dia~
Apalagi
yang harus ku tuliskan? Aku tak tau. Cukupkah aku memujimu? Usiamu seminggu
saat aku mulai merasakan bernafas sendiri. Seminggu? Waktumu menantiku? Atau
memang hanya satu minggu itu yang tau. 9 bulan sebelumnya, orang tua kita
bersenang senang merasakan fantasi yang tiada duanya. KuasaNya lah yang
akhirnya menjelmakan kita untuk hadir mengisi ruang ruang kosong dalam mayapada
penuh kemunafikan. Waktuku mulai bernafas, banyak bintang menanungi, mereka
silih berganti mewarnai malam. Waktumu mulai bernafas seminggu sebelumnya? Aku
tak tau, bisakah berbagi itu denganku? Bintangkah atau langit biru yang
menaungi? Aku ingin mengerti, dan aku ingin memahami. Bukankah menjadiku sulit
dirasa? Mencintai dalam diam. Apakah ini cinta? Sesederhanakah ini cinta?
Menatapmu dari jarak yang tak mampu digapai, lalu diam diam mendoakanmu dalam
sujudku, setelah itu kembali memperhatikanmu dari jarak yang tak mampu untuk
saling menyentuh. Mudah? Atau begitu menyakitkan? Amat menyesakkan, saat kita
harus berselilih langkah namun tak ada percakapan dalam detik yang menguntai.
Seakan angin angin yang mengiringi jarak itu menertawakan kepengecutan yang ada
dalam diriku. Apakah aku ini pengecut? Mungkin saja. aku memang ingin kamu tau,
namun sejauh ini hanya ini yang bisa ku lakukan. Memelukmu dalam setiap doa
yang terpanjatkan, mencintaimu dari jarak kesekian, dan merindukanmu yang tak
mungkin merindukanku.
Dan kini aku tau, titik terbodoh
dalam hidup adalah ketika aku mengerjakan soal matematika, dimana dalam 50 soal
itu aku hanya bisa mengisi 6 soal yang belum pasti kebenarannya. Mengapa begitu
tragis? Dimeja ini, yang seharusnya menghitung aku malah lebih senang untuk
menulis, ntah apa tujuannya yang jelas aku hanya mengikuti keinginanku diwaktu darurat
ini. Sedari tadi, integral, logaritma, trigonometri dan kawan kawannya meminta
bahkan memaksaku untuk segera menuntaskannya, namun lagi lagi aku hanya
tersenyum sambil berkata “Maaf sayang, aku tak bisa” konyol memang, namun mau
bagaimana lagi? Ingin rasanya melambaikan tangan lalu mengibarkan bendera
putih, tapi rasanya itu tak mungkin. Lebih baik aku memandang sekitarku,
melihat dan memperhatikan kawan kawan yang sedang berjuang dengan macam macam
expresi. Mereka begitu menggemaskan! Dan aku hanya tersenyum bersama lembar
jawaban yng rapi, bersih, kosong dan teramat manis itu. Terimakasih matematik~
Demi jeruk dan mangga yang
masih mentah juga kucing yang aku takuti , ini lah aku yang bisa berjalan
di atas tanah dengan kedua belah kakiku , kecuali ketika aku berada di atas
kendaraan , atau di atas punggung hewan yang bisa ditunggangi , yaitu terdiri
dari atas binatang yang kokoh dan jinak , atau di atas pesawat terbang yang
melayang laying di udara , atau di atas gendongan ibu pada waktu aku masih
kecil .
Ini aku sedang duduk di bawah
naungan cahaya , itu lah cahaya terang dengan kekuatan 45 watt dari lampu yang
diciptakan Thomas alva Edison ,”dari keturunan yang sama dengan aku ,juga
dengan dirimu , yaitu Dari adam yang diturunkan ke atas tanah yang luas
“,
Demi einsten yang menjulurkan
lidahnya pada hari dia diabadikan , dari tempat yang aku duduk ini banyak yang
aku pikirkan “” selalu aku membiarkan diriku memikirkan banyak hal yang
melampaui batas pikiran , dan merupakan hal yang sia sia menurut orang yang
berbeda kebiasaan “
Ini lah aku pemilik pemahaman yang
dangkal , sedangkan pengertianmu melebihi pengertianku .harus aku katakan itu
kepadamu ,seolah olah aku adalah orangnya , manusia yang berusaha
merendah , kamu berkata atas pemahanmu sendiri ,demikian aku berkata atas
pemahamanku sendiri ,janganlah kamu merasa paling benar , seandainya kamu yakin
pendapatmu itu benar , sebab demikian juga aku , tidak akan bersikap merasa
salah ,seandainya pendapatku lah yang salah , tapi tuluslah jika kau mau
Oh malam yang benar benar sunyi ,
aku ingin terbang ke angkasa memandang dia sedang apa disana ,, oh dieny rahmi
,,dia lah yang ingin aku tulis ini dia adalah makhluk sejenis manusia yang
berkelamin wanita ,, wanita yang selalu menjadi pemuja rahasia seorang pria
yang aku tidak tau wujudnya “ “sesungguhnya aku ingin berdo’a mudah mudahan
engkau segera bertindak untuk menetapkan bahwa hanya dia yang kamu mau diantara
orang tampan dari mulai hari ini sampai selamanya “ oh dieny rahmi aku
tau bagaimana caranya membahagiakan dia ,, jangan lah menjadi kekasih dia , itu
akan membuatnya bahagia karena aku tau bagaimana sifat dan karaktermu
yang selalu membahagiakan orang lain .
Dia adalah satu satunya wanita di
dunia yang selalu mencemaskan , memikrkan , dan merisaukan keberadaannya
seorang yang aku belum tau isi hidungnya “ enak benar jadi dia itu ,, sudah
merisaukan mu masih saja kamu pikrkan “ tapi kau selalu berharap akan
berjodoh dengannya tapi menurutku “jodoh adalah seseorang yang menjadi pasanganmu
selama lamanya sebagai hasil dari apa yang engkau usahakan “ segeralah usaha
mendapatkanya karena seperti yang saya pernah ucapkan kepadamu “” jatuh cinta
itu hanya untuk dirasakan , tapi jika kamu ingin mendapatkanya, itu baru ,harus
kau pikirkan “”
Dan , yang ku cintai , dan yang
begitu kau sukai , dn yang kau sayangi , dan yang kau pujai , dan yang kau
rindui ,dan yang kau kagumi ,kau tidak akan lagi peduli ketika kamu tidur ..
cc http://tersungkurlagi.blogspot.com/2012/12/jim-morrison-edisi-ke-2.html
29
January 2013
*classical
class
Selamat siang..
siang ini cukup sederhana, mentari
tak terlalu ngotot untuk menampakan dirinya, sementara aku hanya sibuk
mendengarkan suara berisik dari ketiga teman laki lakiku, Denan, Jovian dan
Wahyu, 3 sekawan yang seperti Tom and Jerry didalam kelas namun adakalanya
mereka saling mengasihi seperti saat ini, narsis nan menjijikan mereka
didepanku, iyuuuwhhh!
kelas begitu ramai, berisik walau
terlihat sederhana dan tak lupa begitu hangat, Classical class harusnya diisi
oleh Pa Ang di jam terakhir, tapi saat ini yang bersangkutan tak juga
menunjukan batang hidungnya.
aku sedang mendengarkan, seorang
teman menceritakan mantannya. aku hanya senang, mendengarkan celotehan
celotehan mereka yang terdengar akrab ditelinga. Mendengarkan ceritanya dan
diberi kepercayaan olehnya untuk mendengarkan sebuah cerita yang cukup
menghangatkan hari ini.
rencananya sepulang sekolah, ada
tambahan fisika, yaTuhan!!!!
next, nothing special selain
melihat gaya pinguinnya dia yang terlihat amat menggemaskan. semakin ia berlari
dan menjauh semakin aku suka untuk menatapnya lagi lagi dan lagi, terus terus
dan terus hingga ia menghilang dari sapuan pandangan. selamat siang kalem..
sepertinya ada seorang teman yang
sedang kesal padaku, ntah apa masalahnya, yang aku tau dia masih diam
mendiamiku.
jaket classical sudah jadi, banyak
komentar, pujianpun tak lebih dari sedikit. aku bahagia, memakai seragam yang
sama tapi bukan seragam sekolah, mueheheee....
selamat siang, masih duduk
dibangku belakang tempat duduknya Andika, dan meminjam laptop miliknya yang
sejatinya sedang nganggur dari tadi. Teman teman sedang sibuk menikmati
kebebasan jam matematika, sementara aku lebih memilih untuk diam dan mengurus
blogku yang sudah tak lama ku buka ini. sudah lama tak ku urus hingga debu
dimana mana.
Selamat siang, kelas ini kelas XII
IPA, kelak akan aku rindukan suasananya. walau sering kali mereka menyebalkan,
tapi tetaplah aku menyayanginyaaa...
classical class :)
Jumat, 11 Januari 2013
Siang menjelang sore ini aku
terduduk di tepatnya pojok kelas bersambut dinginnya AC yang berhembus
membuatku dingin dan dia tak lagi melepas jaket hitamnya. Masih diam-diam
memperhatikan, dan berharap agar tidak ketahuan. Detak jarum jam serasa
berputar cepat saat ini. Mengamati setiap titik darinya yang malah lebih mirip
anime (komik-komik Jepang), dia diam dan memainkan kakinya. Ia terlihat serius
sedang memperhatikan seseorang yang sedang menjelaskan Hipotesis Kuantum
Planck, FISIKA yang menurutku sangat memuakan. Ia masih setia, menatap sang
pembicara yang terlihat sedikit aneh, tersenyum & bertanya bebas, sedikit
konyol -__-
Sesekali ia tersenyum, menangkap
tingkah konyol dari sang pembicara, dan aku pun tersenyum menikmati senyumnya
yang hanya menghasilkan sebuah garis di matanya. Ia banyak bertanya, namun diam
panjang setelahnya. Aku tak mengenalnya jauh, namun ia memberikan suasana
hangat dalam dinginnya ruang ini. Sang pembicara ini terlihat begitu lucu, dan
selalu membuatku tertawa, karena ketidakjelasannya. "Dia itu guru
SMP". Suara berat itu menyapa gendang telingaku santai. Aku menoleh ke
arahnya dan menikmati mata segarisnya yang sedang menatap hangat aku
disampingnya. Aku hanya diam masih menatapnya dan suara pembicara kembali
memecah komunikasi klasik ini. Sesekali ia mengetuk-ngetuk jarinya ke permukaan
meja seperti menikmati alunan yang dinikmatinya. Jam pun usai dan kita mesti
saling meninggalkan, sampai jumpa, senang berada di jarak tak dari semeter
darimu, sampai bertemu lagi :)
aku tidak pandai bicara, menghitungpun aku tak pintar. lebih baik menuliskan agar bisa terdengar. maafkan segala kekurangan,terimakasih sudah membaca..