“Fresh Graduate”, apa yang ada dibenakmu
jika mendengar kata tersebut? Yang akan teringat dibenakku adalah “masa
pancaroba”, bak perpindahan dari masa terindahmu menjadi masa yang penuh tanda
tanya, tidak tahu akan berujung seperti apa, hari hari dijalani setelah
perayaan wisuda terlewati.
Banyak yang
bingung, setelah lulus mau jadi apa aku? banyak yang bertanya, untuk apa aku
menggenggam ijazah Sarjana ini? Banyak juga yang bersantai santai, tidak
berusaha mencari pekerjaan ataupun tidak berusaha untuk berbisnis, “santai dulu bosku” begitu ucapnya. Lalu
mau bagaimana?
Inilah
ceritaku, cerita yang berhasil membuatku menjadi lebih kuat, mengenali diri
sendiri dan lebih berani serta mandiri. Setelah lulus bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi,
banyak yang aku lakukan, melamar kesana kesini, hingga menjadi owner jasa pembuatan
CV. Lucunya, aku membantu orang lain membuat CV agar diterima oleh perusahaan
yang dilamarnya, tapi aku sendiri masih pengangguran. hehe
Pernah dengar
pepatah atau apalah itu? tulisannya kurang lebih begini “waktu yang kau miliki berbeda dengan yang orang lain miliki, tidak ada
yang terlalu cepat atau terlalu lambat, setiap orang berputar pada waktunya
masing masing meski hidup dalam planet yang sama”.
Paham
maksudnya? Jaman kuliah aku selalu ingin segera lulus, sehingga cepat cepat aku
mengerjakan skripsiku, tapi aku tidak bisa ikut sidang skripsi pada gelombang
pertama, karena skripsiku belum maksimal, lalu apa yang terjadi? Biarkan saja,
waktuku akan datang, bukan digelombang pertamapun tak masalah, masih ada
gelombang gelombang lainnya yang akan berbaik hati mengajakku untuk masuk
disalah satunya.
Dulu jaman
masih labil, aku berusaha mengikuti waktu orang lain, mengikuti tren waktu yang
aku sendiri rupanya tidak mampu, waktu yang bukan terbaik untukku, hal tersebut
rupanya sangat melelahkan, lalu setelah mengalami semua perdebatan waktu, akhirnya
aku mengikuti waktuku sendiri, dan tibalah waktu fresh graduate itu.
Menjadi Pengangguran
Saat kuliah,
sering ku fikir rasanya menyenangkan setelah lulus, tidak ada lagi tugas yang
mencengkram kaki untuk bermain, tidak ada lagi kewajiban masuk kelas setiap
pagi. Tapi jika boleh memilih, rasanya menjadi mahasiswa adalah waktu terbaik
yang pernah kumiliki, jujur saja!
Setelah sidang
skripsi dan dinyatakan lulus, aku adalah seorang pengangguran, aku fikir
setelah sidang skripsi itu, aku akan merasa sangat bahagia dan “plong”. Tapi tahukah kamu? itu semua
salah. Masih ingat betul rasa itu, rasa yang sama sekali tidak aku harapkan
kedatangannya.
Setelah
dinyatakan menjadi S.I.Kom, tiba tiba saja muncul rasa lain, muncul sebuah rasa
yang orang kenal dengan sebutan “beban”. Ntah apalah itu, yang jelas aku merasa
tidak bebas, yang ku fikir aku bisa bermain bebas kesana kemari, menonton Film
dari pagi hingga ke pagi, rasanya itu konyol. Yang ada hanyalah rasa malu,
ingin segera bekerja atau memiliki penghasilan sendiri.
Banyak rasa
bersalah dalam fase ini, bosan dirumah, ingin main tapi butuh uang. Meminta
uang pada orang tua bukanlah hal yang mudah dilakukan setelah lulus kuliah,
(setidaknya bagiku). Untungnya, saat itu usaha jasa pembuatan CV ku cukuplah
untuk hanya sekedar “hang out” bareng
kawan pengangguran lainnya, hehe.
Jujur saja,
aku sangat membenci waktu itu, rasa bersalah tak kunjung juga dapat kerja,
ingin ku berbisnis, tapi terlalu banyak alasan rasanya sehingga memulai saja
aku tak bisa. Ingin segera bekerja tapi panggilan belum juga ada. Sedihnya
menjadi seorang pengangguran.
Hingga suatu
hari, masih ingat jelas dalam ingatanku, saat itu tidak pagi bukan juga siang,
aku sedang mencuci dibelakang dan telponku berbunyi. Diangkatku, lalu itu
adalah sebuah panggilan untuk interview.
Jakartalah tujuanku! Hingga saat itulah pertama kalinya aku pergi ke Ibu Kota
seorang diri.
Keluar dari sangkar emas
Singkat
cerita, interview tersebut berjalan
baik, Alhamdulillah aku diterima kerja di salah satu Perusahaan Media. Walau masih
sebagai freelance (daily paid), tapi aku tetap mensyukuri.
Terlebih lagi perusaahan ini adalah salah satu perusahaan yang diidamkan oleh
Sarjana Komunikasi.
Oiya, walaupun
freelance, aku memiliki jadwal yang
sama dengan rekan rekan lainnya yang sudah kontrak. Juga pekerjaan yang tidak
jauh berbeda.
Rupanya
tidaklah mudah menjadi pegawai baru! Usia dan jabatanku adalah yang terakhir, semua
yang ku miliki saat itu adalah yang paling akhir, hingga bersikap menjadi “anak
baru yang baik” adalah sebuah kewajiban. Tapi ntahlah apakah aku sudah cukup
baik menjadi anak baru saat itu.
Selain sulit
menjadi yang “terbaru” . Rupanya sulit pula hidup sendiri tanpa orang lain. Ibu Kota adalah tempat dimana tidak ada
sanak saudara. Di kota ini aku sendiri, dan rasanya sangat sulit. Kos dan
Kantor, adalah dua tempat yang selalu ku datangi setiap hari. Hiburan? tenang
saja aku punya acara Korea yang bisa ku download
setiap hari.
ya! Keluar
dari sangkar emasmu adalah sebuah proses yang harus dijalani, OH! Kecuali kamu
kerja di kotamu sendiri, rasanya itu akan sedikit lebih mudah, setidaknya kamu
hanya perlu beradaptasi di Kantor barumu saja tanpa beradaptasi di tempat
tinggalmu.
Kadang juga
aku merasa sangat sedih, ku lihat kawan kawan membawa bekal dari yang dimasak oleh ibunya, aku? masakan warung nasi
rupanya terbaik untukku saat itu, hehe.
Menjadi “anak baru”
Menjadi yang
termuda bukanlah hal yang mudah, apalagi menjadi anak baru. Rasanya semua mata
tertuju padamu. Setidaknya itu yang ada dalam fikiranku. setiap hari aku
berusaha untuk menjadi “anak baru yang baik”. Tapi ntah apa yang ada dalam
fikiran The seniors, hehe semoga merekapun dapat menilaiku sebagai “anak baru
yang baik”.
Pesanku!
Jangan lupa senyum, lakukan apa yang diperintahkan segera, bertanyalah jika ada
yang membingungkanmu, tapi hati hati jaga pertanyaanmu jangan sampai dapat
menyinggung seniormu!
Buatlah dirimu
cepat belajar akan apa yang menjadi tugasmu, tunjukan jika kamu bukan orang
yang malas, Ucapkan salam saat datang ataupun pulang. Lakukan yang terbaik,
maka semuanya akan menjadi mudah.
Mungkin saja
ditengah jalan kamu akan menemukan kesulitan, kesulitan dalam melakukan tugas
barumu, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barumu, kesulitan menghadapi
senior yang serba serbi macamnya bahkan sampai diabaikan. Haha
Bersabarlah,
semua akan selesai dan indah pada waktunya. Semua orang akan mengalami masa
masa itu, maka semangatlah! Kamu tidak sendiri.
Berusahalah
wahai anak baru, dengan begitu kau akan segera beradaptasi dengan lingkungan
barumu!
First Salary
aha! Masalah
gaji, sebagai seorang freelance,
jujur saja bisa dibilang kurang walau hanya untuk menghidupi diriku sendiri.
Rupanya biaya hidup di Ibu Kota terhitung dua kali lipat atau lebih dari biaya
hidup yang biasa aku gunakan.
Untungnya,
sebelum fix bekerja, aku berdiskusi terlebih dahulu dengan orang tuaku. Ku
jelaskan pada mereka bagaimana kondisi keuanganku kedepan. Bak malaikat yang
baik hati mereka menyampaikan jika mereka akan mendukungku hingga aku mampu
hidup sendiri. Paham?
Aku jelaskan,
walau sudah bekerja, ada kemungkinan aku masih meminta uang pada Ayah dan Ibu.
Mereka tidak mempermasalahkan itu, karena menurut mereka bukan uang yang harus
aku dapatkan saat itu, tapi pengalaman, pelajaran dan ilmu yang dapat ku raih
pada pekerjaan pertamaku.
Dari situ aku
jadi bersemangat, targetku untuk bekerja bukanlah uang, melainkan sebuah
pengalaman dan ilmu. Sehingga kadang aku merasa sangat kesal ketika teman
temanku menolak bekerja pada sebuah perusahaan karena gajinya yang kecil.
Ada cerita,
saat itu aku berbincang dengan teman kuliahku, posisinya aku berstatus sebagai freelance, dan dia masih pengangguran.
Dia banyak
bertanya padaku tentang pekerjaan, lalu
ku jelaskan, setelah itu dia tahu bagaimana kondisi keuanganku walau sudah
bekerja, tahukah kamu apa jawabannya? “kalo aku jadi kamusih aku gak akan mau
deh, mending nganggur aja daripada kerja tapi gajinya segitu”.
Mendengar
jawabannya, aku cuma bisa tertawa sinis, untung kita ngobrol via whatsapp, coba
kalo ketemu udah gua ceramahin dah lu! hehe.
Tapi karena
sama teman, akhirnya aku beri penjelasan, jika dilihat dari materi itu memang
tidak cukup, tapi dari pengalaman dan pelajaran yang aku dapat, hal itu bisa
menjadi bekal untuk melangkah kedepannya.
Tanyakan saja
pada mereka yang saat ini menjadi direktur, apakah dulu saat fresh graduate gaji mereka langsung besar?
Jika ingin
berbicara materi, seharusnya hiduplah dengan harta warisan yang sudah dimiliki
sejak lahir tanpa perlu menggunakan kemampuan dan otak yang dimiliki.
Aku sadar
diri, sebagai fresh graduate aku
tidak boleh serakah ingin gaji yang besar. Layaknya bayi yang baru lahir,
mereka tidak bisa langsung lari, belajar tidur miring dulu, belajar duduk dulu,
belajar dari yang termudah hingga akhirnya bisa berlari.
Fresh graduate adalah bayi yang baru lahir, karena hanya bisa
membuka mata dan lapar, maka itulah upahnya, segitulah gajinya, saat sudah bisa
berlari layaknya bos, maka upahmu akan semakin besar.
Ohooo.. Beda
lagi dengan lulusan sekolah pemerintah yang baru lulus jadi PNS ya, hehe beda
juga dengan mereka mereka yang sangat beruntung, ada juga sih teman dari
temanku katanya baru fresh graduate
gajinya sudah banyak. Biarlah, seperti
waktu, rejekipun berputar pada masing masing pemiliknya.
You know
yourself more
Hidup sendiri di
Kota orang membuatku lebih mengenali diri sendiri. Sesuai pengalamanku, banyak
rasa yang baru aku rasakan. Aku baru tahu rasanya menangis karena masalah A,
tersenyum karena B, dan kesal karena C yang sebelumnya belum pernah aku
rasakan.
Benar benar
seperti bayi baru lahir, banyak rasa dan pengalaman yang baru pertama kali aku
rasakan. Jauh dari rumah, struggle and
fight alone, itu tidaklah mudah. Walau saat kuliahpun sama, kos di luar
kota dan sendiri, hal tersebut sangat jauh berbeda saat kau hidup dan kos untuk
bekerja.
Dan pada
akhirnya kamu sadar dan mengetahui, jika tidak ada orang lain yang bisa
membantu selain diri kamu sendiri, darisitulah semua berawal. Rasa semakin
kuat, semakin berani, semakin mandiri, karena keluar dari zona nyaman, semua
yang ada dalam diripun ikut keluar untuk berusaha melindungi diri sendiri.
Such a great experience!
Bersyukurlah karena rindu rumah
Sering kali
aku menangis, karena ingin pulang. Rindu rumah adalah sebuah sindrom berbahaya
yang tidak ada obatnya kecuali kamu “make a deal with yourself”. Maksudnya,
tidak ada cara lain, tidak mungkin besok harus izin kerja karena harus pulang
kerumah beralasan rindu, bisa dipecat aku.
Hingga sebuah
pemikiran muncul, rasa homesick ini
sepatutnya harus disyukuri, rasa ini adalah sebuah bukti jika kamu sedang
bekerja keras diluar rumah. Lihatlah kawan kawan lain, banyak yang ingin
merasakan hal ini karena mereka selalu saja diam diri dirumah karena tidak
memiliki kegiatan yang harus dilakukan diluar rumah. contohnya pengangguran.
Pemikiran itu
yang selalu membantuku mengatasi rasa homesick
ini, ketika sindrom rindu rumah muncul, kini secara otomatis yang keluar adalah
perasaan bangga, bangga karena bisa merasakan rindu rumah.
Ada yang belum
bisa melawan rasa homesick itu?
cobalah caraku, be positive!
Berbaiksangkalah
Aku lulus dari
Universitas Swasta, akupun bukan wisudawan terbaik di angkatanku. Tapi, teman
teman bilang aku beruntung. Banyak juga yang bertanya, mengapa bisa bekerja
disini, bisa bekerja disana.
Oya
sebelumnya, setelah bekerja di perusahaan media, aku pindah bekerja ke salah
satu Kementerian sampai saat ini. Fikirku, setidaknya di Kementerian aku berstatus
kontrak, bukan seorang freelance,
maka aku memutuskan untuk pindah.
Banyak kawanku
yang bercerita padaku, mereka mengeluh mengapa masih saja menjadi pengangguran.
Jadi begini,
ini bukan sebuah teori ataupun pelajaran, hanya sebuah pengalaman dari apa yang
aku alami. Awalnya aku belajar ikhlas dan menerima. Be positive! Aku percaya Allah
menyiapkan rencana terbaikNya.
Sehingga
fikirku, karena latar belakang pendidikanku bukanlah dari Kampus terbaik di
Indonesia, maka bisa jadi aku kalah administrasi dengan kawan kawan yang berasal
dari Kampus Kampus tersebut, hingga pada akhirnya aku berfikir untung “main
belakang”.
Main belakang
disini bukanlah sebuah hal negative, melainkan sebuah kepasrahan yang aku
lakukan saat itu, aku fikir “Lets do the best and Let God do the rest”.
Aku nyogok pada Allah, berusaha menunaikan
kewajibanku semaksimal mungkin, hingga aku berdoa agar Allah akan memberikan
hak atas kewajibanku.
Dan
Alhamdulillah, semua mindset tersebut
tidaklah sia sia, Aku hanya berbaik sangka, Tuhanku memiliki rencana terbaik
untukku, maka aku harus melakukan yang terbaik, sisanya biar Allah yang akan
mengatur.
So, Dear Fresh Graduate, Just do your best, and Let
God do the rest!
Semangat!
Setiap orang memiliki waktunya masing masing.
0 komentar:
Posting Komentar
:)