ketika tak bisa bicara, maka tuliskanlah, jika tak mampu menuliskan, maka tersenyumlah, setidaknya mereka tidak akan tahu jika kamu sedang tidak baik baik saja..

Someone From The Train : He Was Stranger

Senin, 29 Oktober 2018

| 0 komentar

Kamu tahu, saat itu aku sudah Lelah. Melangkah sendiri ditemani bayangan yang rupanya sama juga malas untuk melangkah. Namun, rupanya Tuhan mendengar ceritaku, Tuhan mengabulkan doaku, semua yang pernah kulantunkan dikabulkanNya. Namun tak pernah ku menyangka rencanya akan seindah ini, dalam sujud aku bersyukur.
Sudah berkali kali rencana itu berganti tanggal, rencana bersenang senangku dengan kawan di Bandung akhirnya terjadi. 12 Juli 2018. Sebelumnya tak ku tahui bekerja sebegini lelahnya, benar kata orang "cari duit itu cape", just sigh....!
Kereta Argo Parahyangan Tambahan, Jakarta -- Gambir, 18.00.
Rasanya tubuhku terlalu Lelah, ku susuri satu persatu kendaraan Panjang itu. Kereta yang kini ku sayang haha. Gerbong 1, itu tujuanku!. Masuklah aku. Ranselku berat, ingin ku naikkan ditempatnya, tapi ku tak miliki daya, ku simpan saja ditempat kakiku, terlihat sedikit sesak memang, tapi sudahlah, biar saja.
Dikursi itu, ekonomi namun berAC, sebelah tempat dudukku rupanya sudah ada seseorang. Berjaket hitam dengan name tag yang mengalung dilehernya. Ku tak ingat, "punten atau permisi", singkatnya ku berhasil duduk melewatinya. Bersandar dijendela dengan segala Lelah hari itu.
Rupanya orang disebelahku terlalu usil untuk bertanya mengapa tasku tak disimpan diatas. Yasudahlah jika begitu tolong simpankanlah, dan disimpankanlah olehnya. Hahah thank you dear stranger!

"makan mba" kalimat pertamanya! Aku mengangguk dibalik masker yang ku kenakan. Bakmi GM, begitu yang tertulis di tempat makan yang sedang dimakannya. Lahap betul dia, sepertinya lapar. Sudahlah bukan urusanku. Ku abaikan.
Ku mainkan ponselku, keluar masuk Instagram whatsapp dan segala aplikasi yang ada untuk menghilangkan jenuhku di kereta. Namun, suara itu terdengar dan menyapa daun telingaku.
"kerja mba? Ku tengok ke kananku, si pria bakmi GM bertanya. Ia tersenyum, dan menantikan jawaban. Ku mengagnguk dan agar sopan, ku lepas maskerku.
Semuanya dimulai, berbincanglah kita.
Ku tak ingat persis apa yang kita bicarakan. Namun, kurang lebih 3 jam perjalanan ku tahu banyak tentangnya. Aneh rasanya, talking with stranger but feels like talking with someone who you know for years.
Ntah sekedar basa basi atau benar benar penasaran, ditanyanya aku banyak sekali. Dari mulai dimana ku kerja hingga statusku saat itu hahaha. Seperti yang kubilang tadi, aneh juga rasanya, mengapa ku beritahu tentangku padanya saat itu.
Masih ingat jelas diotakku, kata ibu berhati hatilah dengan orang yang gak dikenal! Tapi lihatlah aku, malah berbincang akrab dengan totally stranger. Dan yang paling menyeramkan, dia membuatku nyaman hahaha, the way he talk, the way he look at my eyes, the way he breath I think, everything he did was make me comfy! Hahahaaha
Layaknya orang berbincang, tak melulu 100 persen waktumu untuk berbicara, aku diam, diapun diam. Kita saling diam, hanya suara laju kereta yang terdengar dan sesekali orang orang yang berada dalam satu gerbong berbincang dengan orang disebelahnya.
Ku buka instagramku, ku sibukkan diriku melihat lihat apalah itu yang ada dalam menu exploreku. Dan, "apa nama instagramnya?" kalimat yang tak ku sangka sangka akan ku dengar.
Well, sekali lagi, ini berbahaya, namun dengan mudahnya ku berikan dia ID instagramku. Tahukah kamu? Aku memiliki dua akun Instagram, yang satu dengan cukup banyak followers dan feeds yang hanya foto tanpa diriku, lebih untuk umum. Dan yang kedua Instagram pribadiku, isinya lebih pribadi, oleh karena itu hanya teman teman dekat yang aku Accept untuk jadi follower, bukannya sombong haha, tapi biarlah, aku nyaman begitu.
Tapi anehnya, ku berikan dia ID Instagram keduaku, jadilah dia followerku, dan begitupun aku, kita follow-follow-an. Wkwk.
Rupanya selain stranger, dia juga stalker. Dilihatnya satu persatu fotoku, dan terkaget dia ketika melihat foto aku dan seorang anak kecil. "ini anaknya? Udah nikah?" tanyanya, aku menggelengkan kepalaku "bukan, itumah anak teteh" jawabku.
Dia mengangguk dan lanjutkan menjelajah feeds instagramku. Tapi, akupun penasaran "masnya udah nikah?" haha kalau tak salah begitu ku bertanya. Dia menunjukan kesepuluh jarinya "belumn, tuh gak ada cincin" ucapnya.
Dalam hati ku berfikir, jangan jangan ni orang Ho*o. hahahaa..
Tapi, ya sudahlah, lets talk more. Setidaknya dari obrolan itu dapat disimpulkan jika pria dan wanita yang sedang berbincang dan duduk bersebelahan ini adalah sama sama jomblo. Hehe.
Aku lupa, bagaimana urutan percakapan kita, inginnya ku ulang waktu itu dan ku rekam segala perbincangan, ingin lagi ku dengar sekarang, sepertinya menyenangkan. Rasa penasaran, rasa hati hati, rasa tertarik dan rasa menjaga diri berbaur menjadi satu menghadapi seseorang yang saat ini sebuah cincin sudah melingkar di jari manisnya. Cincin yang sama denganku!
Jika tak salah, kita berbincang banyak mengenai pekerjaan, berbincang mengenai keluarga, saling bertukar informasi usia, dimana tinggal dan ah ntahlah, aku lupa. Namun first impression darinya masih ku ingat sebagai 'waktu yang menyenangkan'.
Baru kali itu, Jakarta -- Bandung terasa cepat, baru kali itu ku berdoa agar Jakarta -- Bandung bisa lebih jauh lagi sehingga waktu tempuh semakin lama dengan begitu aku masih bisa berbincang dengannya. Hahaha
Namun, pengumuman dibalik pengeras suara kereta menggugurkan angan, kita harus turun. Dan diturunkannya ransel beratku olehnya. Tak sempat ku berterimakasih, dia pergi seperti angina. Tak pamit tak menyapa, dasar laki. Ucapku wkwk.
Begitu tentangnya, tak mampu ku detailkan segalanya, biar saja ku rahasiakan sisanya, aku senang begitu. Hanya aku dan dia yang tahu

He was my stranger.

aku tidak pandai bicara, menghitungpun aku tak pintar. lebih baik menuliskan agar bisa terdengar. maafkan segala kekurangan,terimakasih sudah membaca..