ketika tak bisa bicara, maka tuliskanlah, jika tak mampu menuliskan, maka tersenyumlah, setidaknya mereka tidak akan tahu jika kamu sedang tidak baik baik saja..

'My Kitchen My Adventure'

Selasa, 26 Maret 2019

| 0 komentar
Sudah beberapa tahun ini, dapurku berubah menjadi 'dapur online', sehingga jangan salahkan aku ketika aku jarang menginjak dapur yang nyata, haha.
Saat kuliah dan sudah bekerja, aku hidup sendiri dan ngekos, sehingga "Lapar? beli aja" adalah motto perutku saat itu. Inginnya instan dan tinggal makan, ya! Rasanya 'zaman milenial' ini sungguh ku rasa kurang lebih seperti itu.
Namun, semua berubah ketika aku menikah dengan seorang laki-laki, suamiku adalah termasuk 'penikmat makanan sejati' haha, apa itu? Kurang lebih seperti ini:
Dia tahu apa yang kurang dari makanan ini, dia tahu jika ditambahkan ini makanan tersebut akan semakin nikmat, dia tahu dihidangkan saat dingin akan lebih enak daripada dihidangkan saat panas, dia tahu makanan ini dan makanan itu jika dikombinasikan akan semakin lezat.
Dia tahu mana yang harus dimakan terlebih dulu dan mana yang menjadi makanan penutup, dia tahu kandungan apa saja yang ada dalam sayur ini, dia tahu gizi apa yang didapatnya jika memakan daging itu, dia tahu semua makanan yang disukai dan tidak disukainya.
Dia tahu makanan ini akan menyebabkan alergi pada kulitnya, dia tahu ini, tahu itu dan tahu lebih banyak soal makanan daripada yang aku tahu, dan dia tahu aku tak pandai memasak, tapi dia tetap menikahiku.
Aku? Yang aku tahu makanan hanya ada 3, makanan yang enak, yang kurang enak, dan yang menyebabkan alergi pada tubuhku, begitu.

Menikahlah aku dengan dia di awal tahun ini, dia lahir dan hidup dalam wilayah 'memakan homefood yang enak', sepertinya semua wanita di keluarganya pintar memasak, semakin minder-lah aku. Butiran debu penikmat dapur online ini menciut nyalinya untuk memasak. Hahaa
Aku hanya takut mengecewakan lidahnya, karena saat itu aku hanyalah wanita 23 tahun yang gemar duduk dibalik laptop, untuk menulis, bekerja dan nonton Korea, bukan wanita dibalik teplon yang pandai memasak masakan ala Jawa, Sunda hingga Itali dan Eropa, ahhaha.
Dan suatu hari, untuk pertama kalinya setelah menikah, ku masakkan makanan favorit kita, sayur sop, ditambah juga telur dadar! Sepertinya itu tidak layak untuk disebut memasak, karena yang ku lakukan hanyalah menyatukan semua bahan dan menambahkan bumbu instan ke dalamnya.
Rasanya? Hmm, berbanding lurus dengan rasa tidak percaya diriku! Hhaha. Tapi, sangat berterimakasihnya aku pada suamiku, biasanya ketika makan diluar berdua, dia akan berkomentar jika makanan ini kurang itu, dan makanan itu kurang ini.
Tapi, saat itu yang ku dengar hanyalah komentar positifnya. Aku sangat berterimakasih padanya, dia melahap habis semua makanan yang ku buat. Saat makan, ia sempat mengambil gambar lalu mempostingnya ke instagram, haha. Bagiku itu adalah lebih daripada pujian. Aku tak pernah memintanya untuk memposting hasil masakanku ke instagramnya, he just do it.
Pertanyaan rutinku padanya adalah "mau makan sama apa?", Setiap hari jawabannya selalu berbeda, Senin dia ingin makan A, Selasa makan B, Rabu makan C, dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau aku harus belajar menu baru.
Dari situ semuanya berasal. Dialah yang menyemangatiku untuk terus belajar membuat menu baru. Dia tahu aku tak pandai membuat makanan A, dia tahu aku tak jago membuat menu B, dan dia tahu aku tak bisa membuat menu C, tapi dia percaya padaku bahwa aku akan berusaha membuatkan makanan itu untuknya, sehingga akupun harus percaya pada diriku bahwa aku bisa membuat makanan itu.
Sebenarnya sepele, seperti obrolan ringan biasanya, tapi dari situlah aku belajar. Bisa dibilang dia selalu memberiku soal, dan aku selalu bisa menjawabnya, dan dia percaya aku bisa menjawab soalnya!
"Bukan ga bisa, tapi belum bisa, nanti juga bisa, belajar dulu aja" kalimat itu yang selalu diucapkannya ketika aku bilang aku payah dalam memasak.
Ternyata, di dapur bukan melulu tentang makanan, tapi juga tata letak, bahan masakan dan juga peralatan. Aku jadi banyak belajar, pisau ini tidak cocok untuk memotong ini, teplon jenis ini lebih cepat rusak dibanding jenis itu, bahan makanan mana saja yang masuk lemari es.
Bagaimana cara menyimpan sayuran di lemari es agar tahan lama, apa rasanya masakan ini tanpa bumbu ini, semuanya dapat ku pelajari dan ku alami karena soal-soal yang diberinya setiap hari.
Tidak lupa juga ku ucapkan terimakasih kepada Google dan YouTube, tanpa mereka sepertinya Ibuku akan lelah menjawab semua pertanyaan yang ku ajukan mengenai kehidupan di dapur.
Awalnya aku tak terbiasa, biasanya jemariku menari di atas keyboard laptop, tapi sekarang lebih sering menari dan bercengkrama dengan pisau, talenan, alat dan bahan masakan lainnya. Hehe
Kemarin, suamiku membelikanku 2 buah teplon baru, dan betapa girangnya aku. Aku sendiri kaget, mengapa aku sebegitu gembiranya dengan kehadiran 2 teplon baru itu? Hahaa, apakah aku sudah memasuki zona 'per-emak-emakan'?
Setiap hari aku belajar, mematchingkan bahan makanan sehingga menghasilkan makanan yang enak, setiap hari aku belajar, merasakan bumbu ini dan itu agar dapat memadu padankan rasa sehingga menghasilkan makanan yang lezat.
Tak sia-sia semua yang telah ku pelajari, sekarang setiap hari hampir ku dengar kalimat "enak euy, bisaan" atau "pake apa ini, ko enak?" ucapnya sambil mengelus pelan rambutku. Haha rasanya seperti di drama Korea saja, tapi benar begitu yang dilakukannya, memuji masakanku while touching me softly on my hair or on the cheeks hahaha.
Kalau sudah begitu, malu rasanya jika aku tetap pada level yang sama dalam hal memasak. Sepertinya dimatanya sekarang gradeku dalam memasak sudah 'better lah ya' hehehe.
Oya, jangan salah, aku juga pernah bernegosiasi mengenai menu makanan untuk salah satu hari, hahaa. Untunglah suamiku sangat mengerti, sehingga negosiasi itu berjalan dengan baik.
Negosiasi? Ya! Negosiasi ganti menu makanan ketika bahan tidak tersedia/ habis. Negosiasi ganti menu makanan karena aku tidak terlalu suka dengan makanan tersebut, hahaha begitu kurang lebih contohnya.
Usia pernikahan kita memang baru seumur jagung, dalam waktu singkat itu juga aku begitu merasakan betapa pentingnya pujian dari suamiku, karena dari situ semua semangat berawal hahaha.
Jadi, Wahai suami-suami di luar sana, memuji istrimu adalah gratis dan mudah bukan? Maka lakukanlah, dan lihatlah perubahan baik yang akan terjadi pada istrimu!  
Oya oya, memuji itu harus tulus dan benar dalam hati, tapi diperbolehkan juga berbohong dalam memuji jika tujuannya untuk menjadi lebih baik ya, hahaa.
Dear Suamiku, bagaimana denganmu? Memujiku dengan pujian yang manakah kamu? Haha, entahlah aku tak peduli, yang ku tahu kita saling mencintai, Hahahaha.
This is it, My Kitchen My Adventure, xoxo.Sekian, ini cerita dan pengalaman dapurku . Bagaimana dengan cerita dan pengalaman dapurmu?
aku tidak pandai bicara, menghitungpun aku tak pintar. lebih baik menuliskan agar bisa terdengar. maafkan segala kekurangan,terimakasih sudah membaca..