ketika tak bisa bicara, maka tuliskanlah, jika tak mampu menuliskan, maka tersenyumlah, setidaknya mereka tidak akan tahu jika kamu sedang tidak baik baik saja..

I Can't Fly

Kamis, 01 November 2018

|


Dimana hariku tak mampu terbang, tersesat dan ingin bersandar mencari tempat. Namun tempatku hilang, melemparkan pisau hingga jangan salahkan air mata yang tersedu ditengah hujan. Katanya ia ragu, aku menangis lagi, bosannya.

aku tak bisa terbang, seperti harapnya yang terucap dalam doanya. aku tak bisa terbang, seperti nasehatnya setiap jam, aku tak bisa terbang, seperti biasa ia katakan lembut ditelingaku. Cita citamu tuk terbangkan aku rupanya tak ku mampu. harusku bagaimakanan aku?

Kita memang dilahirkan sangat berbeda, Sangat, bahkan amat sangat. Bagiku hadirnya dalam setiap hari adalah sebuah mimpi menjadi nyata. Bertemu dengan sosok jenis itu bagaikan mimpi lama yang tiba tiba menjadi nyata. tak sadar ku tetiba mencintainya.

Sayangnya aku terlalu bodoh, sayangnya aku terlalu egois, terlalu jahat dan terlalu naif. Inginnya ku kejar ia lalu ku peluk dan ucapkan maaf. Namun aku hanya bisa menangis dibalik tubuhnya dan tak mampu menatapnya, mengapa? Ntahlah, jangan tanyakan, aku enggan menjelaskan, aku lelah.

Terlalu ku sadar, jika yang ku fikirkan, yang ku rasakan dan yang ku ungkapkan hanyalah hal konyol yang tidak benar terjadi. Harusnya ku percaya dan cukup mendengarkan. Salahkan hatiku yang terlalu mengambil rasa dan bertindak tak dewasa.

Inginnya ku meminta maaf, sudah ku lakukan. Tapi sakitku tak kunjung juga pergi. Mengapa? Ucapku yang lain tak perlu ada rasa itu, rasa tak penting yang hanya akan menciptakan lara.

Aku tak ingin kehilangannya, maka kata diriku lainnya berubahlah! Namun diriku lainnya tetap saja bersikukuh dalam keegoisan ini. Aku merindukannya, Bersama angin dan rintikan hujan malam aku hanya bisa tersedu, benar benar tersedu.

Tak bisa bintang menyaksikan, karena mereka rupanya terlalu lelah untuk melihat drama yang tak kunjung juga usai ceritanya.

Aku hanya ingin dimengerti, dan belajar mengerti. Namun rupanya ia seperti terlalu lelah untuk mengerti dan lebih mudah untuk menasehati. Bisikku, ia tak bisa menjadi pendengar, ah Ibu aku rindu! ku menangis lagi.

Inginku cukup kita berbincang, karena dia harus selalu dipihakku, apapun yang terjadi, namun malamnya ia seperti orang lain, yang setiap ucapannya berasa sebilah pisau yang terus saja menikam hati, jangan salahkan air mata bila sudah begitu.

Aku tak pernah ragu, namun ia diujung sana berteriak ragu. Ahh.. sudahlah. Mungkin semuanya salahku. Wahai hati, pergi saja jika lelah, kau diizinkan untuk meninggalkan atau jika masih sayang, maka tetaplah tinggal. Terserah padamu!

Jangan tanyakan lagi mengapa aku? Tanyakan dirimu mengapa kamu? Aku hanya sedang hilang arah, tersesat, tak mampu terbang dan lelah, butuh tempat  bersandar dan berpegangan, ku rasa tempatku kamu, namun tempatku menolak tuk kujadikan tempat berlabuh, wahai ragu pergilah aku mencintainya!

Jika tak mampu kau ragu pergi, baiklah biarkan aku pergi dengan segala keyakinan yang selalu ku miliki.

Hi, I Love you, but I can’t fly, would you stay?


0 komentar:

Posting Komentar

:)

aku tidak pandai bicara, menghitungpun aku tak pintar. lebih baik menuliskan agar bisa terdengar. maafkan segala kekurangan,terimakasih sudah membaca..