ketika tak bisa bicara, maka tuliskanlah, jika tak mampu menuliskan, maka tersenyumlah, setidaknya mereka tidak akan tahu jika kamu sedang tidak baik baik saja..

another of them~

Jumat, 30 November 2012

|
Harus bersanding dengan seeorang yang sudah tidak lagi aku sayangi adalah hal tersulit yang pernah aku alami, berpura pura mencintai walau sejujurnya hati sakit dan terlukai. Tak ada yang salah, hanya jaraklah yang membuat semua ini berubah. Aku tak bisa tanpa teman, tanpa perhatian dan tanpa sapaan sayang, dan aku butuh itu dalam jarak dekat, bukan jarak yang puluhan bahkan ratusan kilometer. aku butuh seseorang yang bisa mendamaikan suasana, menghangatkan dinginku, mendinginkan panas hatiku, menyejukkan malamku, dan kembali hadir dihadapanku saat aku butuh someone yang harus menenangkanku. Aku lelah jika harus terus berkutat dengan ponsel dan semacamnya, menanyakan kabar melalui benda persegi panjang itu amatlah melelahkan, tak bisa menyentuhnya, merasakan aromanya, adalah suatu keengganan dalam hariku. aku muak jika harus terus mengabarinya setiap menit, detik bahkan, karena jarak yang membuat semua ini terjadi, walau bukan hanya itu, kini hadir sesosok pria yang belakangan ini mengisi lembar demi lembar kekosongan hati karena ditinggal pergi ia yang menjauh ntah kemana. Tak ada yang salah disini, namun lambat tapi pasti aku sudah tak memiliki rasa yang sama padanya seperti dulu, aku lebih merasa nyaman dengan dia yang baru, yang siap dan siaga selalu ada kapan dan dimanapun aku ingin pergi lepaskan kegundahan hati. Dia yang baru? adalah temanku, dan itu pernyataan beberapa waktu lalu, dan kini ia aalah kekasihku, kekasih yang berbeda, berbeda hingga aku tak mungkin masuk dalam rumah TuhanNya. (Diiiiii)

Ntah apa yang belakangan ini terjadi, ia semakin menjauh, semakin menjauh menjauh dan berubah. Aku tak lagi mengenalinya, dia yang dulu, yang amat mengerti dan baik hati. Kini berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenali, tidak aku pahami. Adakah laki laki lain disana? Yang dapat menggantikan posisiku dihatinya? Yang dapat menjadi sandaran dalam setiap letihnya. Aku disini, dan kamu disana, kita sudah tidak lagi di tempat yang sama, namun kita selalu dekat saat bulan masih dapat kita lihat. Berkali kali aku bertanya “apa yang salah?” dan kau hanya diam tak menjawab. Aku risau, aku takut kehilanganmu, dan rasa kehilangan itu semakin menjadi saat seorang pria mengaku mencintaimu. Seorang pria? Dan itu adalah temanku sendiri, dan temanmu juga, ya teman kita! Teman yang selama ini aku percaya akan menjagamu disaat aku jauh, namun kini ia berganti status menjadi kekasihmu. Bisa dibayangkan betapa sakitnya aku? Betapa kecewanya aku? Tak ada yang salah memang, namun tidakah mengerti aku jika aku tidak baik baik saja tanpamu. Tak bisakah sekali lagi kita benahi hubungan ini. Aku sayang kamu, melebih yang kamu tau, tapi rasanya kamu lebih nyaman dengan dia dan lebih memilih menjauh dariku, itukah maumu diiiiii? Aku lelah mencintaimu.. (koko)


Melihat seorang teman sedih sendiri, kacau tak bersuara, hanya sesekali diam dan menyatakan jika dia baik baik saja adalah lebih menyakitkan dibanding ia memukul wajahku. Parasnya cantik dan manis, aku menyukainya, ntah dimulai sejak kapan rasa itu muncul, tapi seolah olah semua itu membuatku semangat untuk mengawali pagi, dengan dia dan tanpa dia, semenjak rasa itu muncul aku bingung sendiri, haruskah aku berpura pura tak memiliki rasa, atau lekas ungkapkan dan siap terima semua resiko. Sebagai seorang laki laki, aku merasa jika aku lebih baik mengungkapkan. Dimulai dengan mengakui rasa yang dimiliki ini pada kekasihnya, seorang pria yang sudah beberapa ratus hari menjadi temanku. Untungnya aku mengabarinya lewat ponsel, jika langsung mungkin ia sudah menghajarku. Tapi semua itu tak lantas membuat masalah usai, ia harus tau dan aku memberi tahu keadaan ini padanya. mereka putus(red dia dan kekasihnya) dan kini si cantik nan manis itu menjadi kekasihku. Jahatkah aku? Lalu apa yang harus aku lakukan jika semua ini sudah terjadi. Berpura pura menyesali? Atau terus melanjutkan hidup yang penuh pelangi ini? Ntahlah, yang aku tau, aku sayang dia dan dia sayang aku. Kita saling nyaman dalam sebuah hubungan suci walau kami tak tau akan jadinya apa status ini. Karena saat ini, cara kami berdoapun tak sama. (cino)



0 komentar:

Posting Komentar

:)

aku tidak pandai bicara, menghitungpun aku tak pintar. lebih baik menuliskan agar bisa terdengar. maafkan segala kekurangan,terimakasih sudah membaca..